Biografi dan Profil Lengkap Eka Tjipta Widjaja – Pengusahan Pendiri Sinarmas Group

Biografi dan Profil Lengkap Eka Tjipta Widjaja  – Eka Tjipta Widjaja adalah pendiri Sinarmas Group dan seorang konglomerat di Indonesia. Menurut majalah Globe Asia Edisi bulan Desember 2012, Eka Tjipta Widjaja merupakan orang terkaya pertama di Indonesia dengan memiliki kekayaan mencapai 8,7 Miliar Dollar Amerika Serikat. Eka Tjipta Widjaja dilahirkan di cina dan pada tahun 1932 bersama ibunya melakukann migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk menyusul ayahnya yang telah terlebih dahulu bermigrasi. Simak selengkapnya tentang biografi lengkap Eka Tjipta Widjaja.

Biografi Singkat

Nama Asli : Oei Ek Tjhong
Nama Sekarang : Eka Tjipta Widjaja
Lahir : 27 Februari 1921 Quanzhou Fujian China
Istri : Melfie Pirieh Widjaja
Profesi : Pengusaha
Karir :

  • Pendiri dan pemilik Sinarmas Group
  • Pendiri yayasan Eka Tjipta Widjaja

Biografi Lengkap

Eka Tjipta Widjaja memiliki nama asli Oei Ek Tjhong yang lahir di China pada tanggal 3 Oktober 1923, ia terlahir dari keluarga miskin. Pada saat berusia 9 tahun, ia bersama ibunya melakukan migrasi ke Makassar Selawesi selatan untuk menyusul ayahnya yang telah terlebih dahulu melakukan migrasi. Hingga akhirnya ia bersama keluarga menetap di Makassar.

Awal mula perjalanan usaha Eka Tjipta Widjaja dimulai ketika ia membantu ayahnya yang terlebih dahulu tinggal di Makassar dan memiliki sebuah toko kecil. Tujuan ia membantu ayahnya berjualan adalah untuk mendapatkan 150 dollar untuk membayar hutang kepada renternir yang telah memberikan pinjaman untuk berangkat ke Indonesia. Hingga dua tahun kemudian hutang dapat ia lunasi dan toko ayahnya berjalan sukses.

Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, ia hanya lulus sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Setelah tamat sekolah dasar ia harus merelakan pendidikan selanjutnya demi membantu orang tua dalam menyelesaikan hutang ke renternir. Ia tidak bisa melanjutkan sekolah dan mulai untuk berjualan.

Eka Tjipta Widjaja mulai berjualan diskeitar kota Makassa dengan mengendari sepeda ia berkeliling menjajakan permen, kue dan aneka barang toko dari toko ayahnya. Berkat keuletan yang dimilikinya, usaha yang dijalankannya mulai berhasil.

Pada saat usia 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan sepedanya ia harus melewati hutan yang rimbun dan kondisi jalan yang jelek. Namun kebanyakan penyedia barang tidak percaya , dan memintanya pembayaran di muka sebelum barang dibawa pulang. Dari kerja kerasnya hanya selang 2 bulan, ia memiliki laba Rp. 20, saat itu merupakan jumlah yang fantastis karena harga beras saat itu hanya 3-4 sen per kg. Melihat perkembangan usaha yang dijalankannya Eka pun membeli becak untuk memuat barang dagangannya.

Namun sat usahanya mulai berkembang, pasukan Jepang datang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usaha yang bertahun-tahun ia lakukan ikut hancur. Ditengah kebingungan yang melandanya, Eka mengayuh sepeda keliling Makassar hingga sampai ke Paotere yaitu pinggiran Makassar. Disana ia melihat truk-truk tentara jepang yang sedang membuang tumpukan Tepung, Semen dan Gula yang masih dalam kondisi baik. Eka lalu berpikir cepat, dan akhirnya ia kembali ke rumah dan membuat persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi tersebut. Ia berencana untuk menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang berada dalam lokasi tersebut.

Hari esoknya ketika masih pukul empat pagi, Eka sudah berada di Paotere lengkap dengan tenda yang telah ia dirikan dan minuman yang akan ia jual kepada tentara Jepang. Namun hingga pukul 9 pagi belum ada satupun tentara Jepang yang datang ke tendanya. Eka lalu mendekati Bos parusak tersebut dan mempersilakan makan dan minum di tenda. Setelah semua laki-laki dan tahanan di izinkan untuk makan dan minum di tenda Eka. Ia lalu minta izin untuk mengangkat semua barang yang sudah di buang.

Eka lalu mengumpulkan anak-anak kampung untuk membantu mengangkat barang-barangnya dengan membayar sebesar 5-10 persen. Ia lalu mengumpulkan semua barang tersebut di rumahnya dan memilih barang mana yang masih baik untuk di jual atau dipakai. Hingga suatu saat ada kontraktor yang ingin membeli semen untuk membuat makam orang kaya. Namun Eka menolak, sebab menurutnya kenapa harus menjual semen ke kontraktor? Kemudian Eka memutuskan untuk menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Dan setelah persediaan semen, besi dan beton habis ia berhenti menjadi kontraktor.

Setelah berhenti menjadi seorang kontraktor, ia beralih profesi sebagai pedagang kopra. Dalam bisnis tersebut ia pernah berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulawesi Selatan) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk mencari kopra dengan harga murah. Namun dengan adanya aturan dari penjajah Jepang, Eka rugi besar hingga nyaris bangkrut. Eka lalu mencari peluang usaha lain yaitu dengan berdagang gula, teng-teng, wijen dan kembang gula. Tapi ketika usaha tersebut mulai berkembang harga gula jatuh dan ia pun rugi besar, ia kerhabisan modal bahkan harus berhutang.

Pada tahun 1980, Eka memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneurs seperti masa mudanya dahulu. Ia kemudian membeli sebidang kebun sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Ia lalu tak tanggung-tangung juga membeli mesin dan pabrik yang mampu memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit.

Bisnis yang ia bangun berkembang dengan pesat hingga ia kembali memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 ia kembali membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabrik yang memiliki kapasitas 20 ribu ton teh.

Selain kedua usaha tersebut, Eka kembali mulai merintis bisnis Bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 Milyar Rupiah. Setelah dikelola oleh Eka Tjipta Widjaja, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu, yang saat ini assetnya mencapai 9,2 triliun rupiah.

Eka Tjipta Widjaja juga muali merambah ke bisnis kertas, yaitu dengan membeli PT. Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp pertahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu pertahun. Selain itu pemilik dari Sinarmas Group juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View Apartemen yang berada di Roxy, serta membangun Ambassador di kuningan.

Keberhasilan yang Eka capai dalam menjalankan bisnisnya tidak lepas dari dukungan keluarga dan prinsip hidup yang ia pegang. Baginya, kesulitan apapun yang dihadapi dalam menjalankan bisnis, asal punya keinginan untuk berjuang, pasti semua kesulitan bisa diatasi. Prinsip selanjutnya, jujur, menjaga kredibilitas, bertanggung jawab, baik terhadap keluarga, pekerjaan maupun linkungan sekitar. Hidup hemat dan tidak berfoya-foya. “Bila kita hidup hemat, uang yang ditabung bisa digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Dan, kita harus sebisa mungkin berusaha membantu orang lain yang kurang mampu, tanpa diskriminasi. Kemanusiaan itu tidak pandang bulu,” menurutnya.

Kemudian eka juga mendirikan sebuah yayasan yaitu “Eka Tjipta Foundation (ETF)” untuk menyalurkan kepedulian sosialnya pada maret 2016 yang memiliki Visi dalam Motto nya yaitu “menanam kebaikan menuai kesejahteraan” atau “good deeds create good seeds”

Setelah perusahaan dipegang oleh ana-anaknya, saat ini Eka lebih banyak menghabiskan hari-harinya untuk melakukan kegiatan sosial, bertemu dengan teman-teman lama, dan sesekali ke Singapura untuk berobat. Saat ini ia hanya menjabat sebagai ketua Badan Pembina Eka Tjipta Foundation.

Originally posted 2024-05-12 05:17:57.